‘Heran’ adalah wujud kalimat yang muncul ketika sebuah pertanyaan belum menemukan jawaban.
‘Heran terus’ adalah representasi dari orang yang selalu kebingungan.
‘Terheran-heran’ adalah ekspresi dari kebingungan ‘kronis’ yang dilandasi oleh berbagai ketidak-tahuan yang fatal/akut .
Betulkah.demikian..? ini adalah opini .. tentu adalah hak saya secara pribadi untuk berpendapat. Soal apakah nanti subyektivitas argumentasinya bisa dipatahkan, tentu itu soal yang lain lagi .
Karakter orang Indonesia jaman sekarang sepertinya muncul dari berbagai kebingungan ‘kronis’ yang kemudian menjelma menjadi perilaku yang tampak ‘hyperactive’. Sangking bingungnya maka paradigma perilakunya tampak menjadi luar biasa sibuknya . Bagaikan pelari kencang yang berhasrat tinggi berpacu balapan ditempat. Bagaimana bisa tidak disebut demikian..? bila balapannya hanya dilapangan sendirian .
Bila baru sampai pada tahap ‘heran’ , maka kelompok manusia cermat tentu akan segera mengolah diri agar memperoleh jawabannya , baik jawaban secara normatif maupun jawaban yang implementable di alam kenyataan.
Ketika ‘heran terus’ , maka itu sudah berupa sinyal seperti lampu kuning traffic light di perempatan jalan. Dia harus segera disikapi dengan waspada serta hati-hati. Sebab orang bingung yang keterusan segera akan masuk dalam fase berubah menjadi linglung ‘kepinteran’ .
Terheran-heran.., ini yang paling menyedihkan… ‘arggh…’ , matek aku