“Sebenarnya ada hubungan yang erat antara musik dengan struktur neurologis otak dan sistem kerja biologis dalam tubuh manusia,” ucap Clive Robbins,DDM, pendiri Nordoff-Robbins Center for Music Therapy di New York University. Karena pada level non verbal, musik mengaktifkan pikiran yang kemudian memancing ketertarikan kita yang diikuti dengan memengaruhi regulasi fungsi-fungsi tubuh.
Itu mengapa Robbins menyakini, menikmati musik atau lagu kesukaan kita tidak hanya mengembalikan romantisme masa lalu tapi juga bisa menghilangkan rasa sakit. Dan pada level yang tinggi, musik dapat mengatur ritme tubuh berjalan sempurna. Sebab musik memiliki tempo, ritme, melodi, dan harmoni. Inilah yang kemudian menstimulasi kerja otak secara komprehensif.
Teori ini kemudian dilengkapi dengan hasil penelitian Colorado State University yang menemukan fakta, pengidap stroke dan parkinson bisa menemukan kestabilannya bila dilakukan terapi musik. Cukup dengan menggunakan metronom, alat pengukur ritme. Michael H.Thaut, PhD, direktur Center for Biomedical Research in Music menjelaskan, ritme memiliki kekuatan penuh untuk mengorganisasi kemampuan motorik kita. “Metronom membantu sinkronisasi reflek motorik kita dengan cepat.”